"cuman temen kan? kalo temen sih gue cuma perlu tampilan visual luarnya doang. lain kalo sahabat. yang artinya gue ga peduli apa yang dibilangin orang di belakang gue, selama mrk kadarnya ga lebih dari sahabat." ujar saya mencoba untuk memantapkan diri sendiri padahal masih ada keraguan.
"oke that's a part from the deal. jangan sampe lo bertanya-tanya lagi di kemudian harinya dengan nada penyesalan. there's no turning back, kalo mau item ya item, kalo mau putih ya putih, jangan jadi abu-abu." balas teman saya, yang menyerahkan semua keputusan di tangan saya.
pagi hari yang diselimuti kabut dan embun itu kami isi dengan topik;
seorang anak yang hidup di dunia sinetron, teman-teman yang masih nyaman dengan zona abu-abunya, teman saya di cerita ini yang mantab hidup liar dan bebas, hidung teman saya satunya lagi yang juga temennya temen saya di cerita ini dan saya yang masih coba untuk meyakinkan diri sendiri.
ga terasa udah jam setengah 9 pagi, time to go back and sleep for people who suffer insomnia like us.
moral of the story:
menurut gue sih mau temen ato musuh, peringkat mereka masih sama. lain kalo udah pangkatnya sahabat, that's the one you can trust beside God.
No comments:
Post a Comment